PENGAMBILAN SUMPAH JANJI KETUA DAN WAKIL KETUA DPRD NTT PERIODE 2019-2024

  • Print

Bertempat Ruang Sidang Utama DPRD, dalam rapat paripurna istimewa yang dipimpin oleh ketua sementara DPRD NTT, Yunus Takandewa dan wakil ketua sementara, H. Mohamad Ansor,  empat orang pimpinan DPRD provinsi Nusa Tenggara Timur resmi dilantik dan diambil sumpah/janji sebagai Pimpinan defenitif dalam masa jabatan 2019-2024. Keempat orang yang dilantik tersebut masing-masing yakni Emilia Nomleni sebagai  Ketua, Inche Sayuna  sebagai Wakil Ketua I, Christian Mboeik  sebagai Wakil Ketua II, dan Aloysius Malo Lady  sebagai Wakil Ketua III. Keempatnya dilantik dan diambil sumpah oleh Ketua Pengadilan Tinggi NTT, Andreas Don Rade, Jumat, 4/10/2019.

 

 
Ketua DPRD NTT Ir. Emelia Julia Nomleni memegang palu pimpinan bersama Para Wakil Ketua : Dr.Inche D.P Sayuna,S.H,M.Hum,M.Kn , Ir. Petrus Christian Mboeik, Aloysius Malo Ladi, SE di ruang sidang utama.

Acara pelantikan diawali dengan pembacaan surat keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 161.535004 Tahun 2019 Tanggal 30 September 2019 tentang peresmian pengangkatan pimpinan DPRD NTT oleh Sekwan DPRD NTT, Tobias Ngongo Bulu , dan merupakan amanah  UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah dan perubahannya sesuai ketentuan pasal 328ayat (5) yang menyatakan bahwa pimpinan DPRD Provinsi sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Pengadilan Tinggi.

Seusai dilantik, dilanjutkan penyerahan palu pimpinan serta memori kerja DPRD NTT periode 2014-2019 dari Ketua dan Wakil Ketua sementara, Yunus Takandewa dan, H. Mohamad Ansor kepada Pimpinan Defenitif periode 2019-2024.

Dalam kesempatan tersebut hadir Wakil Gubernur  NTT, Josef A. Nae Soi, Unsur Forkompimda NTT, Para Bupati dan undangan lainnya. Dalam sambutannya menyampaikan Wagub NTT mengatakan proficiat atas pelantikan pimpinan DPRD NTT periode 2019-2024. “Hari ini terdapat dua hal yang berbeda dalam sejarah kepemimpinan DPRD NTT. Dua tersebut adalah dua orang srikandi yang cantik-cantik dan dua orang pria yang ganteng-ganteng yang hari ini dilantik menjadi Pimpinan DPRD NTT”.

kebangkitan perempuan

Sosok Emilia Nomleni bukanlah sosok baru dalam kancah perpolitikan di NTT. Dua kali menjadi anggota DPRD NTT yakni pada periode 2004-2009 dan 2009-2015 tentu menjadi bukti kiprahnya cukup langgeng dalam dunia politik. Pada periode 2004-2009 DPRD NTT, Emilia juga menjabat wakil sekretaris Fraksi PDI Perjuangan, sekretaris Komisi E, pindah ke Komidsi D hingga akhir jabatan menjadi sekretaris Komisi A.

Kini Emi mencatatkan sejarah baru, untuk pertama kalinya dalam sejarah kepemimpinan DPRD di NTT, dipimpin oleh seorang perempuan. Perempuan yang dikenal tegas dalam pengambilan keputusan namun lembut dalam tutur kata itu telah resmi memegang tampuk pimpinan DPRD NTT Periode 2019-2024 selama 5 tahun ke depan.

Dalam pidato perdananya, perempuan kelahiran Kupang, 19 September 1966 itu menyampaikan DPRD pada zaman ‘now’ adalah lembaga politik yang selalu menjadi sorotan tajam masyarakat. “ DPRD sekarang adalah DPRD ‘jaman now’ yakni sebuah lembaga politik yang selalu menjadi sorotan tajam masyarakat ditengah terpaan media sosial dan era komunikasi digital. Dibenci,namun sangat dirindukan. Oleh karena itu dalam 5 tahun ke depan kita harus memperkuat tiga fungsi dasar DPRD dan ketiga fungsi ini harus berjalan beriringan dan saling mendukung.” Kata mantan ketua Komisi B DPRD NTT itu.

Bagi Emi, tahun ini adalah tahun kebangkitan perempuan NTT dimana untuk pertama kalinya dipimpin perempuan pada posisi ketua dan wakilnya. “ sejarah mencatat, tahun 2019 ini adalah tahun kebangkitan perempuan NTT dimana pada lembaga legislatif, DPRD untuk pertama kalinya dipimpin perempuan yaitu pada posisi ketua dan wakilnya.  Keberhasilan ini disadari selain karena kerja keras personal tetapi  karena upaya gencar Gerakan Perempuan NTT yang selama ini mengadvokasi masyarakat te ntang pentingnya kepemimpinan perempuan di ruang publik bagi menghadirkan NTT yang adil dan setara” katanya.

Lebih lanjut, Emi juga mengajak 12 Srikandi di DPRD provinsi untuk terus menyuarakan kepentingan perempuan yang tertindas selama ini. “melalui kesempatan ini kami ingin mengajak 12 srikandi di DPRD NTT dalam semangat sisterhood menjadi kekuatan politik baru NTT untuk terus menyuarakan kepentingan perempuan yang tertindas selama ini “ ajak emi disambut antusiah hadirin rapat.

Lulusan Teknik Arsitektur Universitas Kristen Indonesia Jakarta itu juga menjelaskan kepemimpinan perempuan bukan untuk menyingkirkan laki-laki tetapi ingin agar perempuan beriringan bersama laki-laki  memenuhi kebutuhan masyarakat dan mewujudkan kesetaraan gender. “kepemimpinan perempuan adalah kepemimpinn partisipatif, bukan berarti menyingkirkna laki-laki, tetapi kondisi perempuan yang selama ini masih dibelakang ingin berjalan bersama laki-laki untuk menyelesaikan berbagai kekurangan dibelakang yang mungkin belum atau tidak terlihat oleh laki-laki, memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat, dan mewujudkan kesetaraan gender,”

Satu lagi nama Skrikandi perempuan yang dilantik menjadi Wakil Ketua I DPRD NTT yaitu Inche Sayuna. Perempuan kelahiran 11 Desember 1966 ini juga telah lama berkecimpung di dunia politik. Dua kali terpilih menjadi anggota DPRD NTT yakni periode 1999-2004 dan 2004-2009 tentu merupakan bukti bahwa Ia sebagai perempuan yang turut menjadi simbol kebangkitan perempuan NTT, layak mengemban tanggungjawab sebagai Wakil Ketua I DPRD NTT periode 2019-2024.

 

Pengambilan Sumpah Jabatan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Periode 2019-2024 pada tanggal 4 oktober 2019 di ruang sidang utama.

Dilansir dari berbagai sumber, Inche, sapaan akrabnya mengatakan, perempuan harus dipersiapkan secara baik untuk masuk dalam sistim karena memang tidak mudah bagi perempuan untuk diterima baik dalam lembaga , karena sistim yang dibangun sudah sangat patriarkat.

“ Memang tidak mudah bagi perempuan untuk diterima dalam lembaga ini, karena sistim yang sudah sangat patriarkat. Pola pikir yang sangat patriarkat menyebabkan semua keputusan juga sangat patriarkat. Karena itu perlu membangun sinergi bersama teman-teman agar memberi ruang kepada perempuan untuk berekspresi sesuai dengan kapasitas yang Ia punya. Kita juga perlu mendorong parpol agar mempersiapkan kader perempuannya dengan baik” ujar mantan dosen universitas Kristen Artha Wacana Kupang tersebut.

Bagi Inche perjuangan kesetaraan gender adalah perjuangan yang masih panjang, karena berjuang dengan sebuah paradigma berpikir membutuhkan waktu untuk bisa berubah dan diterima dengan baik

“bagi saya, perjuangan untuk mengubah pola pikir itu masih cukup panjang. Butuh waktu dan proses untuk mengubah sesuatu yang tidak biasa menjadi biasa dan diterima dengan baik. disetiap kesempatan dan percakapan, saya terus mensosialisasi gender, setiap apa yang saya ungkapkan pasti bertolak dari isu gender seperti susun pendapat komisi, pemandangan fraksi, bicara dalam forum diskusi dan seminar. Bagi saya itu media kampanye yang positif” katanya.

“ tetapi kita bersyukur karena dari waktu ke waktu sekat itu semakin tipis. Adanya aturan yang responsif gender, orang-orang banyak mulai berbicara tentang gender, termasuk media, juga banyak organisasi perempuan yang turun untuk melakukan sosialisasi. Walaupun masih panjang untuk sampai pada titik yang setara, tetapi kemajuan yang dicapai sampai saat ini adalah angin segar bagi perjuagan kesetaraan gender” tambah mantan ketua komisi C DPRD NTT tersebut.

Kini, Inche menjadi salah satu simbol kebangkitan perempuan NTT. Kita berharap ini akan menjadi virus yang menular kepada perempuan-perempuan diluar sana untuk tidak takut terjun ke kancah politik. (Sanchy)